RSS

Program Sertifikasi Guru Sebagai Sebuah Inovasi Dalam Dunia Pendidikan

Sertifikasi guru merupakan sebuah program yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu kerja dan kesejahteraan guru. Sertifikasi dikatakan dapat meningkatkan mutu kerja guru karena dalam sertifikasi seorang guru harus melalui sejumlah proses untuk medapatkan sebuah sertifikat mengajar. Sertifikat mengajar ini merupakan sebuah tanda bahwa guru tersebut telah memenuhi kualifikasi sebagai guru yang ideal dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pemerintah. Selain meningkatkan mutu kerja guru, program sertifikasi juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Seorang guru yang telah mendapatkan sertifikat mengajar akan mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok.
Program sertifikasi guru merupakan sebuah inovasi dalam dunia pendidikan. Pengertian inovasi sendiri adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau masyarakat. Inovasi dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Di Indonesia, program sertifikasi dirasakan sebagai hal yang baru oleh para guru karena sebelumnya tidak ada program semacam ini sebelumnya. Tujuan diadakannya sertifikasi guru ini adalah untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru. Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru, diharapkan mutu pendidikan di Indonesia pun dapat meningkat dan terus berkembang menjadi lebih baik.
Inovasi pendidikan berupa program sertifikasi ini dapat diterima dengan mudah oleh para guru di Indonesia. Hal ini dikarenakan program sertifikasi memiliki 5 karakteristik inovasi pendidikan. Program sertifikasi memiliki keuntungan relatif yang cukup besar bagi guru penerimanya. Guru yang mengikuti program sertifikasi ini akan mendapatkan banyak keuntungan. Selain mendapatkan sertifikat sebagai tenaga pengajar profesional yang memenuhi kualifikasi, guru pun mendapatkan tunjangan setiap bulannya. Dengan begitu, guru pun diakui kualitas mengajarnya dan kerja keras guru dalam mendidik generasi penerus bangsa pun lebih dihargai.
Selain keuntungan relatif, program sertifikasi juga kompatibel. Artinya, inobasi berbentuk sertifikasi ini memiliki kesesuaian dengan pengalaman lalu dan kebutuhan dari guru. Saat program sertifikasi ini mulai dilakukan, guru pun merasa mereka memang membutuhkan program semacam ini untuk meningkatkan kualitas mereka.
Tingkat kompleksitas dari program sertifikasi pun tidak terlalu tinggi. Guru yang ingin mengikuti program sertifikasi dapat mengumpulkan portofolio yang didalamnya berisikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan. Setelah portofolio dikumpilkan, kemudian diseleksi untuk dipilih mana guru yang pantas untuk mendapatkan sertifikat mengajar. Pengumpulan portofolio dianggap tidak terlalu sulit oleh pada guru, sehingga mereka dapat dengan cepat menerima inovasi ini.
Program sertifikasi guru pun memiliki karakteristtik trialabilitas. Artinya, program sertifikasi ini dapat dicoba oleh para guru. Guru yang ingin mendapatkan sebuah sertifikat mengajar dapat mencoba untuk mengumpulkan berkas portofolionya untuk diseleksi. Bila guru belum lolos hasil seleksi portofolionya, maka guru dapat mengikuti diklat yang dilakukan oleh dinas pendidikan. Sebuah inovasi yang dapat dicoba seperti ini dapat lebih mudah diterima oleh para guru dibandingkan inovasi yang tidak dapat dicoba.
Hasil dari diadakannya program sertifikasi ini pun dapat diamati oleh guru-guru yang melaksanakannya. Hasil yang dapat dilihat dari sertifikasi ini adalah sertifikat mengajar dan tunjangan profesi guru. Dapat diamatinya hasil dari program sertifikasi ini membuat inovasi ini diterima dengan cepat.
Alasan-lasan diataslah yang membuat program sertifikasi guru dikatakan sebagai sebuah inovasi dalam dunia pendidikan. Selain karena sertifikasi guru merupakan hal yang baru, program ini pun memiliki 5 karakteristik yang harus dimiliki suatu hal untuk dikatakan sebagai sebuah inovasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Karakteristik Adopter Inovasi

Adopter inovasi adalah orang yang memakai atau menerima suatu inovasi. Kecepatan penerimaan sebuah inovasi dalam suatu kelompok masyarakat berbeda-beda. Tidak semua orang dalam sebuah kelompok masyarakat dapat menerima inovasi dalam waktu yang bersamaan. Orang yang menerima inovasi terlebih dahulu memiliki kepekaan yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang menerima inovasi belakangan. Berdasarkan perbedaan tingkat kepekaan terhadap inovasi tersebut, maka adopter inovasi pun dikelompokkan menjadi early adopters, early majority (mayoritas awal), late majority (mayoritas lambat), dan laggard (terbelakang).

a.      Early Adopters
Early adopters atau yang disebut juga pengadopsi awal merupakan orang-orang yang pertama kali menerima dan memakai inovasi yang masuk ke lingkungannya. Pengadopsi awal ini termasuk orang yang memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap inovasi yang masuk. Sebelum mengambil keputusan untuk menggunakannya, seorang early adopters akan mengamati terlebih dahulu inovasi yang masuk. Early adopters akan selalu mencari tahu informasi tentang inovasi tersebut.
Umumnya kelompok ini berpikiran lebih terbuka dalam menyikapi datangnya suatu inovasi. Kelompok early adopters ini biasanya orang yang disegani dan berpengaruh di masyarakat sekitarnya. Anggota masyarakat biasanya akan meminta penjelasan mengenai inovasi yang datang pada early adopters ini. Pengadopsi awal ini akan dijadikan patokan untuk menerima atau menolak suatu inovasi oleh masyarakat disekitarnya.

b.      Early Majority (Mayoritas Awal)
Kelompok yang termasuk mayoritas awal adalah orang-orang yang mengadopsi inovasi lebih awal dibandingkan dengan anggota masyarakat lainnya. Orang-orang pada kelompok ini sebenarnya tidak mau menjadi orang pertama yang menerima inovasi. Mereka masih takut dengan ketidakpastian dari inovasi yang datang. Early majority akan lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan pengadopsian suatu inovasi yang masuk ke lingkungannya. Dalam mempertimbangkan suatu inovasi, kelompok mayoritas awal akan meminta penjelasan dari early adopters terlebih dahulu.
Orang-orang dalam kelompok early majority memegang peranan penting dalam penerimaan inovasi pada anggota masyarakat yang lain. Merekalah yang akan menunjukkan pada anggota masyarakat lain apakah inovasi yang masuk ke lingkungannya cukup bermanfaat dan layak untuk digunakan oleh anggota masyarakat lainnya.

c.       Late Majority (Mayoritas Lambat)
Late majority merupakan kelompok yang yang mengadopsi sebuah inovasi ketika hampir seluruh anggota masyarakat sudah menerima inovasi yang masuk ke lingkungan mereka. Orang-orang pada kelompok late majority tidak akan mau menerima inovasi jika sebagian anggota masyarakat yang lain belum menerima inovasi tersebut. Mereka akan menunggu sampai kebanyakan dari anggota masyarakat telah mencoba dan mengadopsi inovasi yang masuk lingkungannya.
Setiap inovasi yang masuk akan didekatinga dengan ragu-ragu. Kelompok ini pun akan dengan sangat hati-hati dalam menilai dan mempertimbangkan untuk menerima suatu inovasi. Kadangkala pengadopsian inovasi oleh kelompok ini terjadi karena kepentingan ekonomi atau karena tekanan sosial. Tekanan dari anggota masyarakat lain dapat mendorong mereka untuk menerima sebuah inovasi.

d.      Laggard (Terbelakang)
Laggard adalah kelompok orang-orang yang paling akhir dalam menerima suatu inovasi. Orang-orang dalam kelompok laggard masih bersifat tradisional dan sulit untuk menerima inovasi yang masuk ke lingkungannya. Wawasan dari kelompok laggard ini paling sempit dibandingan dengan kelompok adopter yang lainnya. Mereka pun hanya mau berinteraksi dengan orang yang sekelompok dengannya saja. Kelompok ini pun lebih berorientasi pada masa lalu. Oleh karena itu, keputusan-keputusan yang dibuat oleh mereka dipenuhi dengan pertimbangan apa yang telah dilakukan oleh generasi-generasi yang lalu.
Di saat kelompok laggard sudah mau menerima inovasi, mereka pun sudah tertinggal jauh dengan anggota masyarakat lain yang sudah terlebih dahulu menerima inovasi. Akhirnya kelompok ini pun dianggap ketinggalan zaman oleh anggota masyarakat yang lainnya. 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments