1.
Pengertian Umum Teori Humanistik
Teori humanistik ini muncul sebagai bentuk
ketidaksetujuan pada dua pandangan sebelumnya, yaitu pandangan psikoanalisis
dan behavioristik dalam menjelaskan tingkah laku manusia. Ketidaksetujuan ini
berdasarkan anggapan bahwa pandangan psikoanalisis terlalu menunjukkan
pesimisme suram serta keputusasaan sedangkan pandangan behavioristik dianggap
terlalu kaku (mekanistik), pasif, statis dan penurut dalam menggambarkan
manusia Kemudian muncullah gerakan pendidikan humanistik yang memfokuskan diri pada hasil
afektif,belajar tentang bagaimana belajar dan belajar untuk meningkatkan
kreativitas dan potensi manusia
Bagi
penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia. Teori ini lebih tertarik pada gagasan tentang belajar dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar
seperti apa yang diamati dalam dunia keseharian. Karena itulah teori ini
bersifat eklektik, artinya teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya
untuk”memanusiakan manusia”. Maksud dari
“memanusiakan manusia” dalam teori ini adalah mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi
diri orang yang belajar secara optimal.
Teori
humanistik menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka, dan
nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu, metode pembelajaran
humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa.
2.
Pandangan Tokoh-Tokoh yang Menganut Teori Humanistik
a)
Jurgen Habermas
Menurut
Habermas, belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan
maupun dengan sesama manusia. Ia membagi tiga macam tipe belajar, yaitu:
1)
Technical
learning (belajar teknis)
Siswa
belajar berinteraksi dengan alam sekellilingnya, mereka berusaha menguasai dan
mengelola alam dengan memepelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
untuk itu.
2)
Practical
learning (belajar praktis)
Pada
tahap ini siswa berinteraksi dengan sekelilingnya. Pemahaman siswa terhadap
alam tidak berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya
dengan manusia.
3)
Emancipatory
learning (belajar emansipatoris)
Siswa
berusaha mencapai pemahaman dan
kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan kultural dari suatu
lingkungan.
b)
Carl
Rogers
Carl
Rogers mengemukakan, bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa,
melainkan dibiarkan belajara bebas, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan
sendiri dan berani bertanggungajawab atas keputusan-keputusan yang diambilnya
sendiri. Rogers mengemukakan lima hal penting dalam proses belajar humanistik:
1)
Hasrat untuk belajar
Hasrat
ini ada karen aadanya hasrat ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap
dunia sekelilingnya. Dalam proses mencari jawaban, seseorang mengalami
aktivitas belajar.
2)
Belajar bermakna
Sikap
untuk selalu mempertimbangkan aktivitas agar selalu memiliki makna untuk
dirinya sendiri dan juga orang lain.
3)
Belajar tanpa hukuman
Belajar
yang terbebas dari ancaman hukuman mengakibatkan anak bebas melakukan apa saja,
mengadakan eksperimentasi hingga menemukan sendiri sesuatu yang baru.
4)
Belajar dengan
inisiatif sendiri
Siswa
yang banyak berinisiatif sendiri mampu mengarahkan dirinya sendiri, menentukan
pilihannya sendiri serta berusaha menimbang sendiri hal yang baik bagi dirinya
5)
Belajar dan perubahan
Siswa
harus belajar untuk dapat menghadapi kondisi dan situasi yang terus berubah.
c)
Bloom
Benjamin S. Bloom (1956) adalah
ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus konsep taksonomi belajar.
Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan belajar berdasarakan domain atau
kawasan belajar. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
Domain (Kawasan)
|
Hirarki
|
Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Perilaku yang
merupakan proses berfikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak
(intelektual)
|
Mengenai suatu materi yang telah
dipelajari
Memahami makna materi
Penerapan penggunaan materi
Proses analisis dengan kemampua akal
Kemampuan memadukan kosep sehinga
menemukan konsep baru
Kemampuan menilai penguasaan materi
pengetahuan
|
Affective Domain (Ranah Afektif)
|
Kesadaran untuk menerima dan
memperhatikan suatu nilai
Memberi tanggapan terhadap suatu
nilai
Menerima dan menghargai suatu nilai
yang baik maupun yang buruk
Memilih dan menyatukan nilai
Menerapkan nilai yang telah
diorganisasikan dan dilakukan secara terus menerus
|
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor)
Perilaku yang
dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia seperti, berlari, melompat,
melempar, menendang, dll
|
a. Meniru
Kemampuan
mengamati suatu gerakan agar dapat merespon
b. Menerapkan
Kemampuan
mengikuti pengarahan dengan membayangkan gerakan orang lain
c. Memantapkan
Menyempurnakan
respon dengan meminimalisasi kesalahan
d. Merangkai
Mengurutkan
suatu rangkaian gerak dengan tepat
e. Naturalisasi
Gerakan yang
dilakukan secara rutin
|
d)
Honey
dan Mumford
Honey dan Mumford
menggolongkan siswa atas empat tipe, yaitu:
Tipe Siswa
|
Ciri Khas
|
Aktivis
|
Kelebihan:
Suka melibatkan
diri pada pengalaman baru, cenderung berpikiran terbuka, menyukai metode yang
mampu mendorong untuk menemukan hal-hal baru (brainstorming dan problem
solving), serta mudah diajak berdialog
Kekurangan :
Identik dengan sikap mudah
percaya
|
Reflektor
|
Cenderung sangat
berhati-hati dalam mengambil langkah (menimbanng baik-buruknya suatu
keputusan)
|
Teoris
|
Sangat kritis,
senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang bersifat
subyektif
|
Pragmatis
|
Tidak suka
bertele-tele membahas aspek teoretis-filosofis dari sesuatu. Bagi mereka,
sesuatu dikatakan berguna dan baik hanya jika bisa dipraktekkan
|
e)
Kolb
Menurut
Kolb, siklus belajar terjadi secara berkesinambungan dan berlangsung diluar
kesadaran siswa. Kolb membagi tahapan belajar dalam empat tahap, yaitu:
1)
Pengalaman konkrit
Pada
tahap ini siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian, ia belum mengerti bagaimana dan mengapa
sesuatu kejadian harus terjadi seperti itu. Inilah yang disebut sebagai tahap
awal proses belajar.
2)
Pengamatan aktif dan
reflektif
Secara
perlahan siswa mampu mengadakan pengamatan aktif terhadap suatu kejadian, serta mulai berusaha
memikirkan dan memahaminya.
3)
Konseptualisasi
Siswa
diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum (generalisasi) dari
berbagai contoh kejadian yanng meskipun tampak berbeda-beda tetapi mempunyai
landasan aturan yang sama.
4)
Eksperimentasi aktif
Pada
tahap ini siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum kepada situasi yang baru
f)
Abraham
Maslow
Teori
Maslow yang terkenal adalah teori kebutuhan. Kebutuhan pada diri manusia selalu
menuntut pemenuhan. Maslow memnegmukakan lima kebutuhan, antara lain:
1)
Physiological
needs (kebutuhan fisiologis)
Kebutuhan
akan pakaian dan tempat tinggal, termasuk juga kebutuhan biologis. Disebut
sebagai kebutuhan dasar karena dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, termasuk
manusia.
2)
Safety/security
needs (kebutuhan akan rasa aman dan psikis)
Aman
secara fisik seperti terhindar dari gangguan kriminalitas, teror dan
sebagainya. Sedangkan aman secara psikis misalnya tidak direndahkan, tidak
mendapat ejekan dan sebagainya.
3)
Social
needs
Kebutuhan
sosial dibutuhkan manusia
agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bagi siswa agar dapat
belajar dengan baik, ia harus merasa
diterima dengan baik oleh teman-temannya.
4)
Esteem
needs
Kebutuhan
ego termasuk keinginan untuk berprestasi. Seseorang membutuhkan kepercayaan dan
tanggung jawab dari orang lain. Dalam pembelajaran, dengan diberikan
tugas-tugas yang menantang, maka kebutuhan ego siswa akan terpenuhi.
5)
Self-actualization
needs
Kebutuhan
untuk membukitikan dan menunjukkan dirinya kepaada orang lain. Agar dapat
mengaktualisasikan dirinya, siswa memerlukan suasana dan lingkungan yang
kondusif.
3.
Implikasi Teori Humanistik Dalam Dunia Pendidikan
Teori humanistik
lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi
fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberi motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Saat ini model
pendidikan yang dibutuhkan adalah model pendidikan yang demokratis,
partisipatif, dan humanis: yaitu adanya suasana saling menghargai, adanya
kebebasan berpendapat/berbicara, kebebasan mengungkapkan gagasan, adanya
keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan kemampuan
hidup bersama dengan teman yang mempunyai pandangan berbeda.
Ada beberapa nilai dan sikap
dasar manusia yang ingin diwujudkan melalui pendidikan humanistik yaitu: (1)
manusia yang menghargai dirinya sendiri sebagai manusia, (2) manusia yang
menghargai manusia lain seperti halnya dia menghargai dirinya sendiri, (3) manusia
memahami dan melaksanakan kewajiban dan hak-haknya sebagai manusia, (4) manusia
memanfaatkan seluruh potensi dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya,
dan (5) manusia menyadari adanya Kekuatan Akhir yang mengatur seluruh hidup
manusia.
0 komentar:
Post a Comment