1.
Pengertian Umum Teori Progresif
Progresif secara bahasa dapat
diartikan sebagai keinginan untuk
mendapatkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Teori progresif muncul sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered)
atau bahan pelajaran (subject-centered). Menurut teori ini pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin
tidak benar di masa mendatang. Teori
ini juga beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk
hidup, kesejahteraan, dan mengembangkan kepribadian manusia.
Teori progresif menaruh
kepercayaan terhadap kekuatan alamiah manusia, yaitu kekuatan yang diwarisi
manusia sejak lahir. Jadi, manusia sejak lahir telah membawa bakat dan potensi
dasar, terutama daya akalnya. Sehingga daya akal manusia mampu mengatasi segala
problematika yan timbul dalam hidup.
Teori ini menuntut pribadi-pribadi penganutnya
untuk selalu bersikap penjelajah dan peneliti untuk mengembangkan
pengalamannya. Mereka harus bersikap terbuka dan berkemauan untuk mendengarkan
kritik dan ide-ide lawannya juga memberi kesempatan kepada mereka untuk
membuktikan pendapatnya. Jadi, orang yang menjalankan teori ini
diharapkan memiliki pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak
perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curios (ingin
mengetahui,ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati dan pemikiran yang terbuka).
Teori progresif menginginkan
pendidikan yang progresif. Tujuan pendidikan hendaknya diartikan sebagai
rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus, agar peserta didik dapat berbuat
sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan pennyesuaian kembali
sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
2.
Pandangan Tokoh yang Menganut Teori Progresif
Tokoh yang paling dikenal dalam teori progresif adalah
John Dewey. Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya. Menurut
Dewey, pendidikan adalah proses rekonstruksi dan reorganisasi
pengalaman-pengalaman. Melalui pengalaman seseorang akan memperoleh makna
sekaligus peluang untuk memperoleh pengalaman berikutnya. Kunci untuk memahami
diri dan dunia adalah dari pengalaman-pengalaman sendiri. Pengalaman ini bisa
berasal dari aktivitas sehari-hari ataupun dari kegiatan yang diprogramkan.
Karena teori Dewey inilah akhirnya muncul dengan apa yang disebut gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan disekolah yang berpusat pada anak (child centered).
Terdapat tiga tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan
sekolah seperti yang dikemukakan oleh Dewey. Ketiga tingkatan kegiatan tersebut
adalah:
-
Tingkatan pertama,
untuk anak pada pendidikan pra sekolah.
-
Tingkatan kedua,
penggunaan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan.
-
Tingkatan ketiga,
anak menemukan ide-ide atau gagasan, mengujinya dan menggunakannya untuk
memecahkan persoalan yang sama
John Dewey ingin mengubah hambatan
dalam pendidikan dengan jalan:
1.
Memberi kesempatan murid untuk
belajar perorangan.
2.
Memberi kesempatan murid untuk
belajar melalui pengalaman.
3.
Memberi motivasi, dan bukan
perintah. Ini berarti akan memberikan tujuan yang dapat menjelaskan ke arah
kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan pokok anak didik.
4.
Mengikutsertakan murid di dalam
setiap aspek kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan pokok anak.
5.
Menyadarkan murid bahwa hidup
itu dinamis. Oleh karena itu murid harus dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan
‘kemerdekaan beraktivitas’, dengan orientasi kehidupan masa kini.
3.
Implikasi Teori Progresif Dalam Dunia Pendidikan
Sebagaimana
telah dibahas diatas, teori progresif
merupakan teori
yang menuntut siswa untuk
selalu maju, aktif, inovatif, dan dinamis. Dengan pengalamannya, siswa akan
mampu menghadapi dunia. Kaum progresif menekankan pada “bagaimana berpikir”,
bukan “apa yang dipikirkan”.
a)
Tujuan Belajar
Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih
anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan
bekerja dengan otak dan hati. Menurut teori progresif, untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak. Agar
dapat bekerja, siswa
diharapkan memiliki keterampilan dan cara untuk
memecahkan masalah (problem solving) yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan
lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus-menerus.
b)
Kurikulum Pendidikan
Teori progresif menempatkan subjek didik pada
titik sumbu sekolah (child-centered). Mereka lalu berupaya mengembangkan
kurikulum dan metode pengajaran yang berpangkal pada kebutuhan, kepentingan,
dan inisiatif subjek didik. Jadi, ketertarikan anak adalah titik tolak bagi
pengalaman belajar.
Kurikulum
yang digunakan adalah sejenis kurikulum yang program pengajarannya dapat
mempengaruhi anak belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di
lingkungan luar sekolah. Teori progresif
juga menghendaki kurikulum yang fleksibel dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa
diubah dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
c)
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran Learning by Doing
(belajar sambil berbuat) dan Problem
Solving (pemecahan masalah) merupakan metode yang cocok dengan teori progresif. Disini anak diajak untuk
ikut terlibat dalam proses belajar, bukan hanya mendengarkan guru menjelaskan.
Pengetahuan
yang didapat oleh anak didik dengan cara melakukan, menemukan, dan menyimpulkan
sendiri apa yang dilihatnya akan lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan
pengetahuan yang didapat dengan cara menghapal, karena pengalaman dan
eksperimen merupakan kata kunci dalam kegiatan belajar. Aliran progresivisme
membuat siswa menjadi terdorong untuk membuat hubungan antar mata pelajaran dan
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
d)
Siswa/Pelajar
Teori progresif menganggap subjek-subjek didik
adalah aktif, bukan pasif. Sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat
besar. Aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik
pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang
kooperatif dan demokratis. Ini disebut juga pendidikan yang berpusat pada anak (child-centered). Anak dianggap unik disini. Anak adalah anak yang sangat berbeda dengan
orang dewasa. Anak mempunyai alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan
sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri yang berbeda dengan
orang dewasa.
Menurut teori ini, anak
diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang ada dalam
dirinya, sehingga anak memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang
siap menghadapi masa depan. Teori progresif tidak menyetujui
pendidikan yang mengekang anak didik, yaitu pendidikan yang memaksa siswa
menerima apapun yang dikatakan oleh gurunya, tanpa diberi kebebasan sama sekali
untuk bersikap dan berbuat. Pendidikan seperti itu hanya membuat daya kreasi
anak didik tidak berkembang.
Siswa dituntut untuk dapat
memfungsikan akal dan kecerdasannya dengan dihadapkan pada materi-materi
pelajaran yang menantang siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar
mengajar. Siswa juga dituntut untuk dapat berpikir ilmiah seperti menganalisa,
membuat hipotesa, dan menyimpulkannya. Penekanannya terletak pada kemampuan
intelektualnya.
e)
Guru
Menurut teori progresif,
guru dalam melakukan
tugasnya mempunyai peranan sebagai berikut:
1)
Fasilitator, orang yang menyediakan diri untuk memberikan jalan kelancaran proses belajar sendiri
siswa.
Sebagai fasilitator bagi siswa, guru
harus selalu menunjukkan sikap
sabar, fleksibel, kreatif, dan
cerdas.
2)
Motivator, orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat
belajar sendiri.
3) Konselor,
orang yang membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang
dihadapi oleh setiap siswa. Dengan demikian guru perlu mempunyai pemahaman yang
baik tentang karakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan
siswa, serta kecintaan pada anak agar dapat menjalankan peranannya dengan baik. Yang harus diperhatikan oleh guru adalah anak
bukan miniatur orang dewasa yang dapat diperlakukan seperti orang dewasa. Guru harus mengetahui tahap-tahap perkembangan siswa. Pendidikan dilaksanakan selangkah demi
selangkah sesuai dengan tingkat dan perkembangan siswa.
1 komentar:
rujuk sumber mane ye? tq
Post a Comment